Selasa, 18 September 2012

Masalah Gizi Ganda di Indonesia

Kalau bicara masalah gizi di Indonesia, yang pertama kali muncul di benak kita pasti masalah gizi buruk. Iya,kan? Lalu berseliweran pula di pikiran kita pakaian compang-camping, lusuh, kulit mengering yang membungkus tulang, rambut tipis, tanah gersang serta rumah yang reyot. Menyedihkan sekali.

Masalah gizi buruk tersebut selalu menjadi momok bagi negara ini, bagaimana bisa sebuah negara gemah ripah lo jinawi sampai mempunyai kasus gizi buruk? Dan sudah semestinya memang masalah gizi buruk ini menjadi tajuk utama dalam setiap pemberitaan di media massa. Masalah gizi buruk menjadi penting untuk selalu diikuti perkembangannya karena berkaitan secara tidak langsung dengan polotik, lalu budaya, serta masalah sosial dan ekonomi. Masalah gizi buruk ini sangat komplek dan tidak bisa begitu saja dihubungkan dengan masalah kekurangan bahan makanan.




Akan tetapi di sisi lain, bangsa ini sebenarnya juga mempunyai masalah yang tidak kalah penting untuk di atasi yaitu masalah gizi lebih/overweight/obesitas. Mungkin Anda berfikir kenapa masalah ini begitu penting untuk diatasi? Ya, tidak lain karena obesitas ini juga pada akhirnya akan menimbulkan masalah kesehatan, mengingat obesitas merupakan salah satu faktor risiko dari berbagai penyakit seperti PJK (Penyakit Jantung Koroner), stroke, hiperkolesterol, dan lain sebagainya hingga masalah reproduksi (kemandulan). Anda masih ingat seorang aktor komedi yang meninggal mendadak setelah beberapa kali menjalani rawat iap di rumah sakit? Nah, itu salah satu contoh bahwa kegemukan merupakan masalah yang perlu ditangani.


Sampai di titik ini, sebenarnya Indonesia sedang mengalami maslah gizi ganda yaitu gizi buruk dan gizi lebih/obesitas. Kalau mau dirunut lebih jauh lagi, jika tadi kita mengasosiasikan gizi buruk dengan kondisi kurus kering, rumah reyot, pakaian lusuh, dan kurang makan maka gizi lebih ini hampu 180 derajat adalah kebalikannya. Kenapa kami sebutkan “hampir”, karena tidak semua obesitas dialami oleh masyarakat dengan kelas ekonomi tinggi tetapi juga banyak dialami oleh masyarakat dengan kelas ekonomi rendah.

Faktor utama obesitas adalah terlalu banyak makan dan terlalu sedikit aktifitas tubuh. Perlu digaris bawahi “banyak makan” yang dimaksud di sini adalah banyak makanan yang banyak lemak dan karbohidrat serta sedikit makan sumber protein, sayuran dan buah-buahan. Itulah kenapa masyarakat dengan kelas ekonomi rendah juga bisa mengalami obesitas, karena kadang mereka berfikir asal kenyang dengan konsumsi banyak karbohidrat dan gorengan tanpa memperhatikan asupan zat gizi lain. Masalah obesitas ini bahkan sudah merata di berbagai tingkat usia, mulai dari balita sampai orang tua. Sebuah penelitian di sebuah SLTP di kota Yogyakarta brhasil membuktikan adanya hubungan yang kuat antara total asupan energi, asupan lemak dan obesitas ini.

Sumber: jurnal gizi klinik indonesia, Ana Medawati, Hamam Hadi, IDP Pramantara dan kuliah Prof Hamam Hadi program studi Gizi Kesehatan UGM).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar