Selasa, 23 Desember 2014

Backpacker Gunung Bromo



Baiklah, karena beberapa pertanyaan seputar perjalanan kami ke Bromo bulan Juni 2014 kemarin, terutama rute yang kami lalui serta tempat menginap di sana, maka pada kesempatan kali ini, kami akan menuliskannya dalam blog ini tujuannya tentu saja berbagi pengalaman dan ilmu (ilmu dolan) :D

Pertama-tama kami tekankan di sini bahwa rute yang kami lalui adalah jalur Probolinggo-Bromo, mengingat ada beberapa jalur yang kadang dilalui beberapa orang yaitu jalur dari Malang-Bromo dan yang lainnya yang kami kurang paham.

Pertama kami berangkat dari Terminal Tirtonadi, Solo sekitar pukul 10 pagi, naik bus jurusan Surabaya, langsung ke Terminal Bungurasih, Surabaya. Di luar perkiraan kami, kami baru tiba di Surabaya  saat Maghrib tiba karena ternyata jalurnya macet karena pasca hujan lebat dan banjir (kami lupa nama daerah yang banjir tersebut, maklum jarang diekspos di televisi nih kalau yang banjir daerah timur, coba Jakarta ya, pasti luas ter-ekspos, hehehe).

Lanjut ke cerita perjalanan, akhirnya kami lanjut naik bus lagi sekitar pukul setengah 7 malam, langsung naik bus jurusan Probolinggo. Nah, yang katanya cuma maksimal 2 jam dari Surabaya-Probolinggo, ternyata naik bus butuh waktu 3 jam!! Jadilah kami sampai di terminal Probolinggo pukul setengah 10 malam. Nama terminalnya kalau tidak salah Terminal Bayu Angga (coba cek dengan Google Map saja ya) hehehe…

Nah, di sinilah kesalahan kami (berangkat pagi bukan malam), karena sampai di Probolinggo malam hari sehingga harus menginap di Probolinggo semalam (untungnya ada beberapa penginapan di sekitar terminal yang lumayan terjangkaulah harganya, hehe).

Colt ini dari terminal Probolinggo menuju Cemoro Lawang mulai beroperasi (baca: antri) pada pukul 8 pagi serta menunggu sampai isi penuh (atau hampir penuh sesuai kesepakatan harga dengan calo dan tentu saja sopir colt). Biasanya disuruh bayar sampai 60 ribu per gundul tapi bisa ditawar hingga 35-45 ribu (tergantung jumlah penumpang dan bagaimana Anda menawar harga sih).

Ini bukan Bromo tapi jajaran pegunungan di sekitar Bromo :D

Akhirnya, kami naik colt dari Probolinggo menuju Cemoro Lawang, Bromo sekitar pukul 10.30 pagi (lama banget, kan nunggu penuh sampe colt ini berangkat?). Nunggu 3,5 dari pukul 8 pagi. Huffffttt….. (eeeh masih mending ding, daripada nungguin bertahun-tahun tanpa kepastian. Doeeeng, ini ngomongin apa sih ya?) hihihihi… (no offense, saya suka becanda kok aslinya *kedip-kedip).

Baiklah, kembali ke perjalanan, di dalam colt selama sekitar 1 jam. Standar sih jalan tanjakan dan berkelok-kelok khas naik gunung (tapi males kalau naik kaki, hehe). View mulai agak berbeda saat mendekati Cemoro Lawang, view-nya udah cukup menarik di kanan kirinya banyak kembang (ecie kembang, berasa mau nyanyi dangdut, mandi kembang, tengah malaaaam, hihihi) dan sayuran (eenggg, maaf kalau ini ternyata biasa saja untuk Anda, hehe, secara saya perempuan dan pasti suka liat sayuran dan bunga apalagi kalau nanti punya sendiri di rumah, yippiiiie!!).

Coba ke sana deh, dijamin gak nyeseeelll. Di samping kami saja ada bule ngobrol sama teman seperjalanannya yang baru kenal di terminal pas ngantri colt (saat perjalanan begini, ada bagusnya juga, kok, SKSD sama orang seperjalanan minimal biar gak bengong di perjalanan kalau sendirian, wehehehe).
Kami bisa denger sepotong-sepotong percakapan Si Bule tadi (yang agak beraksen Perancis berbincang dengan teman barunya (tahu aksennya bukan karena pernah ke Perancis, sih cuma sering lihat film  James Bond, mwahaha). Dari obrolannya ketangkep, katanya Bromo adalah salah satu tempat terbaik untuk dikunjungi (gitu sih kira-kira obrolannya). :D

Lanjut lagi ke cerita yak, sekitar pukul 12 siang, kami sampai di Cemoro Lawang. Di sana, Anda bisa memilih mau menginap di Hotel atau Home Stay. Kenapa harus milih turun di Cemoro Lawang? Ya, karena di situlah banyak penginapan dan kalau mau nyewa Jeep ke Penanjakan, ke Pasir Berbisik, Ke Padang Savanah, atau ke Kawah Bromo dan lain-lainnya, di Cemoro Lawanglah banyak berjejer-jejer mobil sewa tersebut.

Sebenarnya ada hotel yang recomended (harga terjangkau dan cukup bagus, lupa namanya, yang jelas letaknya paling ujung, kalau keluar ke samping kiri hotelnya langsung lihat Gunung Batok, bisa lihat area persewaan kuda untuk disewa ke kawah Bromo). Tapi, sayangnya sedang full-booked karena saat ke sana pas banget ada event Jazz Gunung,jadilah pengunjungnya lebih banyak dibanding hari-hari biasa.
(ini nih view yang langsung terlihat di samping hotel, Gunung Batok)
 Akhirnya, kami pilih menginap di Home Stay (sekitar 200-250 ribu/malam). Murah, kan? Haahaha.. Brrrr… Siang jam 12 saja dingiiiiiin banget tapi gak ngukur suhunya sih gak bawa thermometer, hehe. Silakan siapkan masker, sarung tangan, penutup kepala, syal, jaket tebal berlapis kalau mau ke sana ya.. 

Setelah berdiskusi sejenak berkaitan dengan suhu yang terlalu ekstrim, kami pun memilih untuk tidak ke Penanjakan esok paginya (yang harus berangkat jam 3 pagi) -_-?

Memang sih, agak gimanaaaa gitu, ya udah sampai ke sana tapi gak ke Penanjakan untuk lihat Sunrise… (Aku gakpapa, kok, karena aku selalu lihat Sunrise setiap hari di mata kamu…eeeaaa)
Haaakdesss!! Gombal mulu sih... Hihihi…

Yap, semoga kapan-kapan ada yang ngajakin liat Sunrise lain di Sikunir, Wonosobo, Jawa Tengah (aamiin, Hore! Hore!) *lirik-lirik Suami*

Akhirnya setelah makan siang kami memutuskan untuk keluar Home Stay, cari makan, cari oleh-oleh dan cari mobil utk di sewa. 

Kami alhamdulillah dapat driver yang ramah, ngasih pula nomor HP (semoga masih kesimpen, akibat HP rusak, kontak-kontak hilang, hehe) serta cukup mudah ditawar, 400 ribu untuk 3 tujuan (Padang Savana, Pasir Berbisik dan Kawah Bromo). 

Saat di Padang Savanah cuaca bersahabat, jadi masih bagus pemandangannya, plus drivernya ternyata mau jadi kameramen dadakan untuk kami mengambil gambar kami. Hehehe. Thx you.
(Padang Savanah yang cantiiik banget)
 Tapi saat sampai di pasir berbisik, kabutnya tebeeel, dan agak basah udaranya, gak ada angin pula, jadilah pasirnya gak jadi berbisik, jadinya pasir diem doang… Udah bersyukur aja, mendingan tuh daripada jadi pasir bergoyang, huhuhu…

Olrite, habis ambil-ambil foto, lanjut ke Kawah Bromo, sekitar pukul 5 sore, akhirnya kami menyewa Kuda untuk naik ke kawah. Sewanya dapat 100 ribu per kuda (pengennya sih berkuda berdua (eeenggg, biar kayak Arjuna sama Drupadi ding biar romantis, tapi sayangnya kami gak bisa berkuda tanpa pawangnya, wahaha).

Hosh Hosh, kuda gak bisa sampai ke kawah ternyata kami masih harus menaiki anak tangga, sudah tua, naik dikit berhenti sebentar untuk atur nafas :p

Sampai di atas lihat jam, ternyata udah hamper setangah 6 sore, pengen agak lama, tapi di atas tinggal kami berdua aja, dan suara dari dalam kawahnya, horror, kayak kompor gas raksasa ngeluarin suara bising da gemuruh. Jadilah kami buru-buru turun, atuuuut… hehehe…
(ini lho, yang bersuara gemuruh)
 Yap, selesailah perjalanan kami pas saat Maghrib, kami tiba di Home Stay. Menginap semalam saja, besok paginya bersiap turun ke Probolinggo. Tidak perlu khawatir, karena di depan Home Stay, sudah ada colt berjejer-jejer yang siap membawa Anda turun. Tentu saja, harap bersabar nungguin colt penuh. Kalau gak salah ingat, biaya turun lebih murah lupa tepatnya berapa. Kayaknya 15 ribu.

Yup, betul sekali. Colt sampai di terminal Probolinggo, dan di terminal pun kami sudah ditunggu bus untuk kembali ke Surabaya.

Begitulah, perjalanan kami, backpacker-an. Semoga bermanfaat dan semoga sempat untuk backpacker selanjutnya. Aamiin. Hehe.


Ohya, sampai lupa, sinyal agak susah tuh di sana kalau pakai IndoSa* dan lumayan dapat sinyal kalau pakai TelkomSe*

Ongkos bus dari Solo-Surabaya @70 ribuan.
Ongkos bus Surabaya-Probolinggo @27 ribuan.

Biaya makan, lupa sih, jadi gak usah ditulis ya.. hehe..


Oiyaaa, Special Thanks to Mas Damar Riyadi... Sudah menemaniku ke sana... Besok kalau sudah tua, bisa dibuka lagi tulisan ini, hehehe... :)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar